Semua orang tua berharap bayi mereka sehat, tetapi kadangkala masalah kesehatan timbul pada bayi baru lahir dan memerlukan perawatan di NICU (neonatal intensive care unit; unit perawatan intensif bayi baru lahir).
Bila bayi masuk NICU, hampir setiap ibu pasti akan merasa khawatir. Namun, dokter, suster, dan staf lainnya akan melakukan yang terbaik dan memberikan dukungan emosional selama bayi memerlukan perawatan medis.
Staf di NICU adalah yang terlatih pada perawatan bayi baru lahir dan peralatan di NICU ditujukan untuk perawatan bayi baru lahir yang memerlukan perawatan khusus.
Bayi yang dikirim ke NICU antara lain sebagai berikut :
1. Lahir prematur
2. Mengalami kesulitan/masalah selama proses kelahiran
3. Menunjukkan tanda-tanda gangguan kesehatan dalam hari-hari pertama hidupnya.
Lama perawatan di NICU bergantung pada berat ringannya gangguan kesehatan yang dialami bayi. Untuk itu, sangat baik sekali bila kita mengetahui beberapa diagnosis yang umum di NICU.
1. Anemia
Anemia adalah jumlah sel darah merah di bawah normal. Bayi yang anemia dapat mengalami
a. Henti napas,
b. Tekanan darah rendah,
c. Frekuensi denyut jantung meningkat, dan
d. Tidur terus-menerus.
Pada bayi prematur, sel darah merah dalam minggu pertama belum terbentuk dan sel darah merah bayi prematur usianya lebih pendek.
Diagnosis anemia didapat dari tes darah. Pada keadaan ringan, bayi dipantau dengan ketat. Pada keadaan berat (bayi < 1.000 gram) mungkin memerlukan transfusi sel darah merah.
Saat jumlah sel darah merah sudah stabil, keadaan yang menyebabkan anemia telah teratasi, bayi aktif, dan tidak memiliki gejala, maka dokter mempersilakan bayi untuk pulang dari NICU dan pemantauan selanjutnya oleh dokter anak.
2. Apnea (Henti Napas)
Bayi yang mengalami henti napas selama 20 detik atau lebih disebut mengalami apnea.
Kejadian selama periode apnea antara lain sebagai berikut :
a. Bayi berhenti bernapas
b. Denyut jantung menurun
c. Kulit menjadi pucat dan biru atau keunguan karena kekurangan oksigen.
Apnea umumnya disebabkan oleh belum matangnya daerah di otak yang mengatur fungsi pernapasan walaupun suatu penyakit dapat juga menjadi penyebabnya. Bayi yang lahir 30 minggu atau kurang akan mengalami apnea. Apnea ini akan berkurang seiring peningkatan usia.
Untuk mendiagnosis apnea, dokter akan memonitor pernapasan bayi di NICU dan melakukan polisomnogram, yakni menghubungkan bayi dengan monitor dan memantau selama 8-12 jam. Alat ini akan memberikan informasi mengenai frekuensi jantung, napas, dan kadar oksigen dalam darah.
Tata laksana adalah dengan menstimulasi agar bayi bernapas dengan cara mengusap punggung atau menepuk telapak kaki bayi. Bila apnea muncul lebih sering, bayi mungkin memerlukan bantuan obat (kafein atau teofilin) dan alat khusus untuk mengalirkan udara lembap ke saluran pernapasan bayi agar tetap terbuka.
Bayi akan tetap berada di NICU samapi bayi tidak mengalami apnea selama 24-48 jam.
3. Pendarahan Intraventikular
Pendarahan intraventikular adalah pendarahan di otak. Pada keadaan yang berat dapat menyebabkan kejang atau penurunan tekanan darah.
Gejala lainnya antara lain sebagai berikut :
• Tidak kuat mengisap/menyusu
• Tangisan melengking
• Henti napas
• Denyut jantung kurang dari normal (bradkardia)
• Anemia
Pendarahan intraventrikular umumnya terjadi pada bayi prematur karena pembuluh darah di otak masih rapuh dan mudah berdarah. Diagnosis dilakukan dengan bantuan USG kepala, sehingga dokter dapat menemukan kumpulan darah di otak.
Tidak terdapat tata laksana khusus untuk pendarahan intraventrikular. Jaid, bayi dirawat di NICU dan dilakukan pengontrolan tekanan darah bayi. Bayi di pantau intensif dan dilakukan USG serial. Jika pendarahan intraventrikular mengakibatkan cairan otak (shunt).
Lama perawatan di NICU bergantung pada beratnya perdarahan yang terjadi. Bayi dengan pendarahan yang berat dapat dirawat dalam hitungan minggu-bulan di NICU dan dapat berisiko mengalami cerebral palsy atau kejang nantinya.
4. Patent Ductus Arteriosus (PDA)
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan sorta (yang mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh) dengan arteri pulmonalis (yang mengalirkan darah dari jantung ke paru-paru). Duktus arteriosus membuat darah memintas/tidak melewati paru-paru selama dalam kandungan.
Saat lahir, duktus arteriosus normalnya tertutup sehingga darah mengalir normal ke seluruh tubuh. Akan tetapi, pada beberapa bayi, terutama bayi prematur, duktus arteriosus tetap terbuka atau patent. Darah dapat mengalir berlebih melalui duktus arteriosus ke pembuluh darah paru-paru sehingga menyebabkan gangguan pernapasan.
Bayi dengan PDA mengalami gangguan pernapasan sebagai salah satu tandanya. Bising jantung dapat mengarahkan dokter kepada PDA yang dikonfirmasi dengan USG jantung.
Dokter dapat memberikan obat yang dapat menutup duktus arteriosus. Jika tidak berhasil atau bayi tidak dapat menggunakan obat tersebut, bayi akan memerlukan tindakan pembedahan untuk menutup duktus arteriosus tersebut.
5. Sindrom Gawat Napas (Respiratory Distress Syndromel RDS)
Salah satu masalah yang sering terjadi pada bayi prematur adalah kesulitan bernapas dan dari beberapa penyebab yang tersering adalah RDS.
Paru-paru pada bayi prematur belum menghasilkan surfaktan dalam jumlah cukup. Surfaktan berfungsi melapisi bagian dalam paru-paru agar tetap terbuka saat bayi lahir dan bernapas.
Dokter akan mencurigai RDS pada bayi prematur atau cukup bulan bila bayi sulit bernapas dan membutuhkan tambahan oksigen. Rontgen paru-paru akan memastikan diagnosis RDS.
RDS dapat ditata laksana dengan baik dan bayi dapat melewatinya. Saat kelahiran prematur tidak dapat dicegah, maka perempuan hamil dapat diberikan obat-obatan sebelum persalinan untuk mencegah terjadinya RDS. Segera setelah lahir, surfaktan buatan dapat diberikan kepada bayi melalui selang pernapasan.
Bayi prematur yang kekurangan surfaktan membutuhkan alat bantu pernapasan (ventilator). Surfaktan buatan dapat mengurangi durasi pemakaian ventilator.
6. Retinopathy of Prematurity (ROP)
Organ mata dari bayi prematur sangat rentan terhadap cedera setelah kelahiran. ROP adalah pertumbuhan tidak normal dari pembuluh darah di retina mata bayi. Sekitar 7% bayi dengan berat badan 1.250 gram atau kurang mengalami kondisi tersebut sehingga mengakibatkan gangguan ringan (butuh kacamata) sampai kebutaan.
Penyebab pasti ROP pada bayi prematur masih tidak diketahui. Sebelumnya terpikir bahwa kadar oksigen yang terlalu tinggi sebagai penyebabnya. Namun, penelitian lanjutan menunjukkan bahwa kadar oksigen (terlalu rendah atau tinggi) memberikan kontribusi bagi terjadinya ROP.
Pemeriksaan oleh dokter mata anak dilakukan pada bayi prematur untuk mendiagnosis ROP. Untuk kerusakan ringan, dokter melakukan pemantauan berkala. Bila kerusakan berat, pembedahan dengan laser akan diperlukan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.